Jumat, 31 Oktober 2008

Indonesia Tidak Manfaatkan Alamat IP Secara Maksimal

Seiring tumbuhnya pelanggan internet di Indonesia, seharusnya kebutuhan akan alamat IP (internet protocol) sampai 2012 nanti juga ikut meningkat hingga 80 juta alamat.

Namun pada kenyataannya, menurut Dirjen Postel Depkominfo, Basuki Yusuf Iskandar, penyerapan dan pemanfaatan alokasi alamat IP tersebut di Indonesia masih sangat terbatas.

Di tahun 2008 ini, tutur dia, dengan tingkat pengguna internet mencapai 30 juta orang, distribusi IP (masih versi 4 atau IPv4) baru mencapai 500 ribuan.

"Kondisi ini sangat tidak seimbang," kata Basuki dalam sambutan tertulisnya di acara sosialisasi IPv6, Hotel Redtop Pecenongan, Jakarta, Kamis (30/10/2008). Sambutan tersebut diwakilkan oleh Budi Santoso, Direktur Telekomunikasi Ditjen Postel Depkominfo.

Dengan rendahnya pemanfaatan alamat IP, menurutnya, kondisi ini tidak dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan infrastruktur, pengguna dan aplikasi internet di Indonesia

Hal ini jelas sangat kontras dengan krisis IPv4 yang tengah melanda dunia. Alamat protokol internet versi 4 yang saat ini masih digunakan, ketersediaannya mulai menipis. Sejak 1983, sistem pengalamatan ini telah digunakan sekitar 4 miliar.

IANA (Internet Assigned Numbers Authority) sebagai lembaga pengelola alamat IP menyatakan ketersediaannya kini tinggal 700 juta alamat. Jumlah ini sangat kritis untuk dialokasikan mengingat pertumbuhan internet saat ini di seluruh dunia sangat cepat.

"Apalagi telah terjadi konvergensi berbasis IP di sektor teknologi informasi dan telekomunikasi," kata Budi.

Analis Senior APNIC Geoff Houston pernah melakukan proyeksi matematis model konsumsi IP. Proyeksinya menunjukan, alokasi IPv4 di tingkat IANA akan habis pada 2010. Sedangkan pada pengguna lokal semisal Indonesia, akan habis pada 2012. Ini lebih cepat dari proyeksinya 2006 lalu yang memerkirakan IPv4 akan habis pada 2014.(detik)